Kamis, 01 Oktober 2015

Kenapa Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa Indonesia?

Bahasa-bahasa yang tersebar di dunia ini tidak hanya tumbuh dalam seting historis tertentu, tetapi juga berkembang berdasarkan interaksi... thumbnail 1 summary

Bahasa-bahasa yang tersebar di dunia ini tidak hanya tumbuh dalam seting historis tertentu, tetapi juga berkembang berdasarkan interaksi dengan lingkungan sosial tertentu yang bersinggungan antar ruang dan waktu. Ini yang menyebabkan terjadinya saling mempengaruhi dalam penggunaan bahasa. Perkembangan historis itu dapat dilihat dari asal usul bahasa yang merupakan alat komunikasi antar orang yang berkembang dari bahasa isyarat ke kata-kata yang semakin komunikatif. Menurut ahli etnologi dan filologi, bahasa Melayu termasuk bahasa Austronesia, berasal dari Kepulauan Riau (Sumatera) telah mengalami proses perkembangan seperti itu. Mula-mula bahasa ini hanya dipercakapkan terbatas oleh penuturnya di Riau dan sekitarnya. Secara kebetulan, karena kepulauan ini terletak di jalur perdagangan yang sangat ramai di selat Malaka; dan penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan atau pedagang antar pelabuhan; serta bahasanya mudah dipahami atau komunikatif; maka penutur bahasa Melayu sering berinteraksi dengan penutur bahasa yang lain (seperti bahasa Hindi, Malagasi, Tagalok, Jawa, dan lain-lainnya) sehingga menjadi dikenal dan berkembang di Malaka dan daerah-daerah sekitarnya. Akhirnya bahasa ini tidak hanya digunakan oleh para pedagang di sekitar perairan Malaka, tetapi juga di seluruh Nusantara. Pada Zaman Kerajaan Majapahit, atau diperkirakan sebelum abad XV, bahasa Melayu itu telah menjadi lingua franca, yaitu bahasa dagang - bagi para saudagar di pelabuhan-pelabuhan di Asia, Asia Tenggara, dan Asia Timur.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa melayu mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai bidang atau kegiatan di Indonesia pada masa lalu. Ini tidak hanya sekedar sebagai alat komunikasi di bidang ekonomi (perdagangan), tetapi juga di bidang sosial (alat komunikasi massa), politik (perjanjian antar kerajaan), dan sastra-budaya (penyebaran agama Islam dan Kristen). Di Indonesia banyak karya sastra berbahasa Melayu, di antaranya seperti Hikayat Raja Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat Hasanudin, dan lain-lain. Sejak itu penguasaan dan pemakaian bahasa Melayu menyebar ke seluruh pelosok kepuluan Indonesia (tidak hanya di daerah pantai atau pelabuhan tetapi juga di pedalaman) dan memberikan wilayah yang heterogen itu suatu kesan kebersatuan kepada pihak luar. Tetapi ada juga kesatuan yang lebih mendalam yang mengikat bersama sebagian besar suku bangsa dan orang Indonesia. Kesatuan ini muncul dari unsur-unsur dasar yang umum dari peradaban mereka.
Kemudian munculah sebuah pertanyaan, bagaimana bahasa Melayu tersebut dapat diadopsi menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia, di negara Indonesia? Perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa nasional di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak lama telah menjadi pembicaraan luas. Seperti telah diceritakan di atas bahwa bahasa Melayu yang aslinya merupakan salah satu bahasa daerah dari kurang lebih 512 bahasa daerah di wilayah Indonesia, telah lama memiliki peranan penting di bidang ekonomi, sosial, politik, dan sastra-budaya. Selanjutnya, pada awal abad XX di Indonesia berkembang suatu situasi yang mendorong munculnya suatu pemikiran akan perbaikan nasib terhadap rakyat pribumi dari pemerintaah kolonial Belanda melalui kebijakan Politik Etis, yang meliputi: program edukasi, transmigrasi, dan irigasi. Melalui program edukasi itulah, sekolah-sekolah bumi putra bermunculan dengan pengantar bahasa daerah, di mana sekolahan itu berada. Pada perkembangan berikutnya, pemerintah menuntut agar setiap sekolah menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantarnya. Tetapi sejak awal abad XX kepentingan daerah jajahan memerlukan tenaga-tenaga rendahan yang mengerti bahasa Belanda, kemudian muncul sekolah-sekolah dengan pengantar bahasa Belanda. Di kota-kota, sekolah lebih banyak mengajarkan bahasa Belanda.
Menurut saya, diangkatnya Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia selain di jelaskan diatas juga dikarenakan banyak faktor-faktor yang mendukung. Sejarah telah membantu penyebaran Bahasa Melayu tersebut, dikarenakan Bahasa Melayu merupakan Linguafrance, yaitu bahasa perdagangan sehingga penyebarannya semakin luas dengan bantuan para pedagang Bahasa Melayu disebarkan keseluruh pantai Nusantara terutama kota-kota pelabuhan. Sehingga pada saat itu, Bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung antar individu. Dan karena Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa sebagian besar penduduk dan juga dikenal oleh banyak orang, maka pada masa kependudukan Belanda ditetapkan bahwa Bahasa Melayu dapat dijadikan bahasa pengantar di sekolah-sekolah untuk mendidik calon pegawai negeri bumi putra. Pada masa kependudukan Jepang pun, kita sudah sangat terbantu di dalam menyebarkan bahasa Melayu tersebut. Hal itu dikarenakan pemerintah Jepang melarang kita, rakyat Indonesia untuk menggunakan bahasa musuh seperti, Bahasa Belanda dan Inggris. Oleh sebab itulah, Bahasa Indonesia mengalami kontak sosial di seluruh wilayah Indonesia dengan berpuluh-puluh bahasa daerah yang berada di Indonesia.
Jika kita teliti, Bahasa Melayu tersebut mempunyai sistem yang sangat sederhana. Ditinjau dari segi fonologi (bunyi bahasa), morfologi dan sintaksis. Karena sistemnya yang sederhana itu, Bahasa Melayu menjadi mudah untuk di pelajari. Dalam bahasa ini, tidak dikenal tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa dan bahasa Bali pada umumnya, atau pembedaan pemakaian bahasa kasar dan bahasa halus seperti dalam bahasa Sunda. Faktor lainnya, yaitu bahwa suku bangsa Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima bahasa Melayu diangkat menjadi Bahasa Indonesia yang akan menjadi bahasa Nasional. Karena mereka sadar akan pentingnya kesatuan dan persatuan, sehingga dapat mengabaikan semangat dan rasa kesukuannya. Dan faktor yang paling penting dengan diangkatnya Bahasa Indonesia menjadi bahasa Nasional, yaitu kesanggupan bahasa itu sendiri juga menjadi salah satu faktor penentu, jika bahasa itu tak mempunyai kesanggupan untuk dapat di pakai menjadi bahasa kebudayaan, tentulah bahasa itu tidak akan dapat berkembang menjadi bahasa yang sempurna. Kenyataan membuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat di pakai untuk merumuskan pendapat secara tepat dan mengutarakan perasaan secara jelas.

Oleh karena itu, para pemuda Indonesia dalam konggresnya yang ke-2 bersatu pada tanggal 28 Oktober 1928 bertekat bulat untuk menggalang persatuan dan kesatuan dengan Sumpah Pemuda Indonesia Raya. Konggres itu menghasilkan keputusan: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia. Sejak itulah bahasa Melayu disepakati untuk diangkat sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.widhiieaprilia.blogspot.co.id 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Facebook