I. Pengertian Kata
Kata adalah
kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang
merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam
berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang
dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah
bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke
bentuk yang lebih kecil.
Berdasarkan
bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat:
1.
KATA DASAR
Kata yang merupakan dasar pembentukan
kata turunan atau kata berimbuhan.
2.
KATA TURUNAN
Perubahan yang disebabkan karena
adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata.
Syarat afiksasi yaitu kata afiks itu
harus dapat ditempatkan pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok
kata baru. Contoh: kata minuman, kata ini terdiri dari dua unsur langsung,
yaitu kata minum yang di sebut bentuk bebas dan –an yang di sebut bentuk
terikat. Makna ini di sebut makna afiks. Contoh kata yang lain seperti: kata
timbangan, pikiran, satuan, gambaran, buatan, bungkusan.
Kata afiks itu merupakan bentuk
terikat, tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis (tertulis) selalu
melekat pada bentuk lain. Contoh: kedua, kehendak, kekasih, ketua, artinya
antara imbuhan ke- dan kata dua tidak dapat di pisahkan, karena apabila
dipisahkan akan mempunyai arti yang berbeda. Demikian juga dengan kata
kehendak, kekasih dan ketua. Berbeda halnya dengan bentuk di seperti pada kata
di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat di golongkan afiks, karena
sebenarnya bentuk itu secara gramatis mempunyai sifat bebas. Demikian halnya
dengan bentuk ke seperti pada kata ke rumah, ke toko, ke kota , ini tidak dapat
di golongkan afiks. Jadi, dalam afiks hanya dapat di bentuk apabila imbuhan itu
dalam bentuk terikat.
Afiks tidak memiliki arti leksis,
artinya tidak mempunyai pertalian arti karena kata itu berupa imbuhan.
Sedangkan imbuhan itu dapat mempengaruhi arti kata itu sendiri. Contoh: bentuk
–nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan ia. Misalnya: rupanya,
agaknya, termasuk golongan afiks, karena hubungannya dengan arti leksisnya
sudah terputus. Imbuhan itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata
dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata
dasar atau bentuk dasar.
Contoh: afiks baru: pembaruan →
peng- an. Pada contoh ini terjadi perubahan bentuk imbuhan dari pem- an menjadi
peng- an, hal ini terjadi karena pengaruh asimilasi bunyi. Kata belakang →
keterbelakangan → terbelakang. Pada kata ini terjadi perubahan bentukke-an.
3.
KATA ULANG
Kata dasar atau bentuk dasar yang
mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian. Kata ulang yaitu kata dasar
yang diulang. Dalam hal ini yang diulang bukan morfem melainkan kata.kita bisa
melihat contoh berikut : sepeda-sepeda , berasal dari satu
kata sepeda. Sebaliknya, kata kupu-kupu bukanlah kata ulang karena dalam bahasa
Indonesia tiak dikenal kupu. Oleh karena itu, bentuk tersebut bukan merupakan
kata ulang.
a) Prinsip
pengulangan
§ Selalu mempunyai dasar yang diulang
§ Proses pengulangan tidak mengubah
jenis(kelas) kata
§ Bentuk dasarnya adalah kata yang
lazim (umum) dipakai dalam tindak berbahasa
b) Macam-macam
kata ulang
i. Kata ulang utuh / penuh
Contoh : rumah-rumah, berasal dari kata dasar rumah
ii. Kata ulang berimbuhan
Contoh : diinjak-injak, berasal dari kata dasar injak
iii. Kata ulang sebagian/parsial
berimbuhan
Contoh : Berpandang-pandangan, berasal dai kata dasar
pandang
iv. Kata ulang dwi purwo
Contoh : sesama,berasal dari kata dasar sama
v. Kata ulang berubah bunyi
Contoh : sayur-mayur, berasal dari kata dasar sayur
c) Fungsi
kata ulang
Pada prinsipnya pengulangan tidak
mengubah jenis kata. Artinya bila kata dasarnya kata benda akan tetap menjadi
kata benda pada kata ulangnya, demikian pula untuk jenis kata lainnya. Akan
tetapi, ada sebagian pengulangan yang mengubah jenis kata khususnya yang diubah
menjadi kata tugas, seperti kata bukan-bukan, sama-sama, serta-merta, dan
sebagainya.
d) Arti kata
ulang
i.
Banyak tak
tentu
Contoh: lembu-lembu
Lembu-lembu itu berebut makanan
ii.
Bermacam-macam
Contoh : sayur-sayuran
Sebaiknya kita mulai menanam sayur-sayuran
iii. Menyerupai
Contoh: kuda-kudaan
Anak-anak TK itu senang bemain kuda-kudaan
iv. Melemahkan
Contoh : kekanak-kanakan
Walau sudah 20 tahun sifatny masih kekanak-kanakan
v.
Menyatakan
intensitas
Ada tiga bagian yaitu:
§ Kualitatif : kuat-kuat
§ Kuantitatif : rumah-rumah
§ Frekuentatif : menggeleng-gelengkan
vi. Menyatakan saling (resiprokal)
Contoh : salam-salaman
Mereka salam-salaman saat lebaran
vii. Menyatakan arti seperti pada bentuk
dasarnya
Contoh : masak-masakan
Ibu membuka kursus masak-masakan
viii. Menyatakan perbuatan yang seenaknya
Contoh : duduk-duduk
Kami duduk-duduk di serambi depan
ix. Menyatakan arti paling (superlative)
Contoh : sebesar-besarnya
Buatlah roti bolu sebesar-besarnya agar bias dicatat
alam buku MURI.
x.
Menyatakan
kumpulan
Contoh : dua-dua
Sikakan anda membungkus roti itu dua-dua
xi. Menyatakan walaupun
Contoh : hujan-hujan
Hujan-hujan, ia tetap datang.
xii. Menyatakan selalu
Contoh : mereka-mereka
Mereka-mereka yang datang terlambat
4.
KATA MAJEMUK
Gabungan beberapa kata dasar yang
berbeda membentuk suatu arti baru. Ciri-ciri kata majemuk menurut M.
Ramlan
a.
Salah satu
atau semua unsurnya berupa pokok kata.
Yang dimaksud dengan istilah pokok
kata ialah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa
dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas, yang dapat di jadikan bentuk
dasar bagi sesuatu kata. Misalnya : juang, temu, lomba, tempur, tahan,
dan masih banyak lagi.
Satuan gramatik yang unsurnya berupa
kata dan pokok kata, atau kata semua, berdasarkan ciri ini, merupakan kata
majemuk. Unsur yang berupa kata dan pokok kata misalnya : kolam renang,
pasukan tempur, barisan tempur, medan tempur, brigade tempur, daya tempur,
lomba lari, tenaga kerja dan masih banyak lagi. Sedangkan unsur yang
berupa kata yaitu kolam, pasukan, barisan, medan, brigade, daya, lari,
kamar, jam, waktu, tenaga dan masa. Dan untuk kata majemuk yang terdiri
dari pokok kata semua misalnya terima kasih, lomba tari, lomba rias,
lomba nyanyi, lomba renang, tanggung jawab, simpan pinjam, jual beli, dan
sebagainya.
b. Unsur-unsurnya tidak mungkin
dipisahkan, atau tidak mungkin diubah strukturnya
Contohnya :
§ Ia menjadi kaki tangan musuh
§ Ia menjadi kaki dan tangan musuh
§ Kaki dan tangannya sudah
tidak ada
Dari kalimat di atas terlihat bahwa kaki tangan merupakan
kata majemuk karena kedua unsurnya tidak mungkin di pisahkan. Satuan anak
buah berbeda dengan anak orang sekalipun unsurnya
sama, berupa kata nominal semua. Pada anak orang unsur anakdan orang dapat
dipisahkan, atau dapat diubah struktunya. Tetapi unsur-unsur pada anak
buah tidak dapat dipisahkan dan juga tidak dapat diubah strukturnya.
Demikianlah dapat disimpulkan bahwa anak buah adalah kata
majemuk, sedangkan anak orang adalah frase. Berikut beberapa contoh
kata majemuk berdasar ciri ini : ruang makan, baju dalam, daun pintu,
mata pencaharian, pejabat tinggi, kapal terbang, anak timbangan, dan
lain-lain.
c. Salah satu atau semua unsurnya
berupa morfem unik.
Morfem unik yaitu morfem yang hanya
mampu berkombinasi dengan satu satuan tertentu. Misalnya simpang
siur, gelap gulita, terang benderang.
II. Pemakaian Kata
Jika
kita mendengar kata sekufu, mungkin sebagian dari kita akan bertanya-tanya, apa
sebenarnya makna kata tersebut? Kebanyakan penulis bahkan yang terkenal pun
menggunakan kata-kata di bawah 4.000 kata, dari 71.000 kata yang ada dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata sekufu hanyalah satu di antara 71.000 kata
lainnya yang terdapat dalam kamus yang jarang atau bahkan tidak pernah didengar
oleh seseorang dalam percakapan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemakaian kata-kata tersebut dalam media, dan mungkin saja kata
tersebut memiliki sinonim yang lebih popular dari dirinya.
Hal
ini menandakan bahwa pemakaian kata itu adalah pemilihan kata (diksi) yang
disesuaikan dengan lingkungan pemakaian bahasa tersebut. Sebagai mahasiswa,
kita diharapkan dapat menguasai pemakaian kata dalam karangan ilmiah yang
berkaitan dengan bahasa Indonesia yang benar dan baik yang menuntut pemakaian
kata yang benar dan pemakaian kata yang baik.
II. Kata yang Benar
Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya kata dasar dan
kata jadian. Kata dasar (kata tunggal) adalah kata yang dihasilkan oleh proses
mofgologis derivasi zero, sedangkan kata jadian (bentukan) dihasilkan oleh
proses morfologis, seperti afiksasi, reduplikasi, abreviasi, komposisi, dan
derivasi balik. Dalam hal ini kaidah-kaidah morfologis diperlukan untuk
menghasilkan kata jadian tersebut.
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya.
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya.
IV. Kata yang Baik
Kata
yang baik berkaitan dengan ketepatan, kelayakan, kecermatan, dan kecergasan
pilihan kata. Dalam hal ini kita akan membahas tentang kata yang baik dalam
tulisan ilmiah.
V. Kelayakan Pilihan Kata
Layak
berarti wajar, pantas, atau patut (Tim Penyusun Kamus 1993:571). Syarat
kelayakan berarti pemakaian kata dengan memperhiungkan kepantasan atau
kepatutan kata tersebut digunakan menurut daerah, waktu, dan gaya
penggunaannya.
VI. Ketepatan Pilihan Kata
Tepat
berarti jitu, betul, cocok, mengena (kamusbahasaindonesia.org). Ketepatan
pilihan kata dalam hal ini adalah pemakaian kata-kata yang memiliki arti yang
mirip dan berhubungan. Seperti kata melirik, memandang , melihat, menonton
menatap , dan menyaksikan memiliki hubungan makna yang dekat. Kata tersebut
harus digunakan dengan tepat sesuai dengan nuansa makna kata itu masing-masing.
Selanjutnya,
kata juga dapat dipilih karena denotasi dan konotasinya, umum dan khususnya,
konkret dan abstraknya, idiom atau majasnya. Pemilihan kata-kata dengan tepat,
seperti kata berkonotasi (misalnya amplop, ular dan penyesuaian harga); kata
abstrak (misalnya panas, dingin, dan baik); kata-kata idiom (misalnya panjang
tangan, rendah hati, terdiri atas, bergantung pada); kata-kata bermajas
(misalnya tunakarya) sangat ditentukan oleh konteks dan konteks kata-kata yang
bersangkutan
VII. Kecermatan Pilihan Kata
Cermat
berarti saksama, teliti, penuh minat (perhatian) (kamusbahasaindonesia.org).
Kecermatan pilihan kata adalah mengenai efektivitas dalam pengungkapan
sebuah pikiran dengan menggunakan kata-kata yang efektif. Biasanya, penggunaan
kata bersinonim secara bersamaan menyebabkan pemakaian kata yang tidak hemat
karena kata bersinonim memiliki makna yang hamper sama. Misalnya …agar supaya…,
…adalah merupakan…, …demi untuk…, atau …hanya…..saja. Namun pemakaian kata
majemuk tidak termasuk dalam ekonomi bahasa karena kata majemuk merupakan
penggabungan kata atau lebih dan memunculkan arti baru. Misalnya hancur lebur,
gelap gulita, hitam pekat, atau gelap gulita tidak disalahkan pemakaiannya.
VIII. Kecergasan Pilihan Kata
Kecergasan
berarti ketangkasan ata kegesitan.Penggunakan kata secara cergas berarti
menggunakan kata secara berarti menggunakan kata secara cekatan gesit dan
tangkas. Dalam hal ini, kata-kata yang digunakan harus segar dan menghindari
kata-kata using, pengulangan kata yang berlebihan sehingga karangan ilmiah yang
dihasilkan tidak kaku karena monoton. Penulis diharapkan memiliki cakrawala
yang luas dalam berbahasa agar dapat menghasilkan karangan ilmiah yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:Kata
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:Kata